Aktivis sosial Manding angkat suara, Plt Camat dinilai miskin gagasan, gagal menjaga tradisi, dan seakan buta pada makna kemerdekaan
SUMENEP – Lenyapnya karnaval HUT ke-80 Republik Indonesia di Kecamatan Manding menyulut gelombang kekecewaan masyarakat. Tradisi tahunan yang selalu ditunggu-tunggu, dari anak-anak hingga orang tua, tiba-tiba hilang tanpa alasan yang jelas.
Di saat berbagai daerah lain merayakan kemerdekaan dengan gegap gempita, Manding justru terjebak dalam kesunyian. Tidak ada iring-iringan budaya, tidak ada sorak sorai rakyat, dan tidak ada panggung kebersamaan. Yang tersisa hanyalah amarah dan rasa kecewa yang membuncah di dada warga.
Jumain, salah seorang warga Manding sekaligus aktivis sosial, dengan tegas menuding Plt Camat Manding Siswahyudi Bintoro, miskin gagasan dan tidak memiliki jiwa patriotisme.
“Karnaval kemerdekaan adalah simbol cinta tanah air. Jika Kecamatan Manding tidak menyelenggarakan itu, maka Plt Camat layak disebut pejabat yang tidak berjiwa patriotisme. Keputusan ini sama saja memadamkan semangat merah putih di dada masyarakat,” tegasnya, Rabu (27/8/2025).
Bahkan, Jumain menyebut Plt Camat Manding sebagai pejabat yang gagal membaca aspirasi dan buta terhadap makna perjuangan.
“Saat rakyat butuh panggung untuk merayakan pahlawannya, Plt Camat justru seperti kehilangan nurani kebangsaan. Manding adalah kecamatan nomor dua terbesar di Sumenep, masak kalah dengan Batuputih?” sindirnya.
Foto : Jumain, warga Kecamatan Manding sekaligus aktivis sosial.
Bagi Jumain, karnaval bukan sekadar hiburan, melainkan warisan patriotisme yang diturunkan dari generasi ke generasi.
“Kami seperti dipaksa merayakan kemerdekaan dalam kesepian. Tidak ada karnaval, tidak ada kebanggaan. Anak-anak kehilangan semangat, pemuda kehilangan wadah berkarya. Ini sama saja mengubur hidup-hidup tradisi kami,” tambahnya dengan nada kecewa.
Hingga berita ini terbut, Plt Camat Manding, Siswahyudi Bintoro, belum dapat dikonfirmasi.
Bagi masyarakat, hilangnya karnaval HUT RI di Manding bukan sekadar pembatalan sebuah acara, melainkan pemadaman api semangat rakyat di momen paling sakral bangsa. Karnaval bukan hanya pawai hiasan, melainkan wajah kebersamaan, ruang ekspresi budaya, sekaligus pengikat nasionalisme antar generasi.