SUMENEP – Badai kritik langsung menyemprot Ketua Persaudaraan Kepala Desa Indonesia (PKDI) Kabupaten Sumenep, Ubaid Abdul Hayat, yang baru seumur jagung menjabat. Bukan pujian atau apresiasi, melainkan tamparan keras dari Aliansi Pemuda Reformasi Melawan (Alarm) yang menilai pernyataan kontroversial Ubaid justru bisa menjadi bumerang besar bagi kepemimpinannya.
Ubaid, dalam pernyataannya di media menilai, dugaan tindak kekerasan yang melibatkan Kades Sapeken yang dilaporkan oleh seorang perempuan berjuluk Si Tato bernama Nadia sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Ia bahkan menegaskan bahwa PKDI tidak akan memberikan perlindungan hukum kepada oknum kepala desa yang terjerat kasus.
Pernyataan itu sontak memicu gejolak. Alih-alih dinilai tegas, ucapan Ubaid dianggap terlalu prematur dan tendensius.
Aliansi Pemuda Reformasi Melawan (Alarm) mendeteksi bahwa sikap prematur Ubaid bisa menjadi “api dalam sekam” yang kapan saja bisa memecah barisan kepala desa. Pernyataan Ubaid yang menyebut dugaan penganiayaan oleh Kades Sapeken, Joni Junaidi, sebagai penyalahgunaan kekuasaan, dianggap terlalu dini, cenderung menghakimi, bahkan bisa menghancurkan tatanan harmonisasi yang selama ini terbangun.
“Pernyataan itu jelas-jelas tidak matang. Ia seperti memposisikan diri sebagai hakim, padahal fakta hukumnya belum tentu terang. Jika Ketua PKDI sudah berbicara dengan nada menghakimi, bagaimana nasib para Kades lain? Mereka bisa saja merasa was-was, khawatir, bahkan tidak percaya lagi terhadap wadah PKDI,” ungkap Syaiful Bahri.
Baca Juga : Dituduh Aniaya Si Tato, Kades Sapeken Sumenep Bongkar Fakta di Balik Insiden Pelabuhan
Menurut Syaiful, pemimpin yang bijak mestinya merangkul.
Syaiful bahkan membandingkan gaya kepemimpinan Ubaid dengan mantan Ketua AKD Sumenep, Miskun Legiyino. Menurutnya, perbedaan keduanya bak langit dan bumi.
“Kalau Miskun dulu selalu mengedepankan jalan persuasif saat anak buahnya terjerat masalah dan melakukan pendekatan seraya menanyakan fakta yang sebenarnya,” tambahnya.
Baca Juga : Bupati Sumenep: PKDI Harus Jadi Katalisator Pembangunan Desa yang Mandiri dan Berkelanjutan
Aliansi Alarm pun mengingatkan Ubaid agar tidak larut dalam sensasi, melainkan fokus membangun kepercayaan, menciptakan kondusivitas, dan memperkuat sinergi antar kepala desa demi mendukung pembangunan daerah.
“Ketua PKDI itu mestinya bicara tentang program kerja, prestasi, dan solusi nyata bagi para Kades. Bukan malah mengeluarkan pernyataan barbar yang belum tentu akurat. Kalau begini terus, bisa jadi kepemimpinannya hanya menyisakan retakan,” ucap Syaiful Bahri
Alarm menilai, jika dibiarkan, PKDI berpotensi terjebak dalam konflik horizontal antar Kades. Pasalnya, pernyataan seperti itu bisa melahirkan blok-blok perlawanan internal.
“Seorang Ketua PKDI seharusnya bicara soal program kerja, memperjuangkan hak-hak desa, dan memperkuat sinergi. Tapi Ubaid malah sibuk mencari panggung lewat komentar kontroversial. Kalau begini terus, PKDI Sumenep bisa kehilangan marwah dan berubah jadi arena konflik,” tandasnya.
Dikonfirmasi, pria yang baru beberapa pekan duduk di kursi Ketua Persaudaraan Kepala Desa Indonesia (PKDI) Kabupaten Sumenep, Ubaid Abdul Hayat, membenarkan pernyataannya yang tayang di media.
“Ya benar mas,” jawabnya singkat, Kamis, 21/08.
Langkah awal Ubaid Abdul Hayat sebagai Ketua PKDI Sumenep justru membuka ruang pertanyaan besar, apakah ia pemimpin yang mempersatukan, atau justru pemantik perpecahan? Pernyataan prematurnya tentang kasus Kades Sapeken bukan hanya dinilai gegabah, tetapi juga berpotensi menjadi bom waktu yang bisa mendatangkan gejolak besar .
Aliansi Pemuda Reformasi Melawan (Alarm) sudah memberi sinyal bahaya bahwa gaya kepemimpinan yang terburu-buru, penuh sensasi, dan cenderung menghakimi hanya akan meninggalkan jejak retakan. Jika pola ini dibiarkan, PKDI yang semestinya jadi rumah bagi para kepal desa bisa berubah menjadi arena konflik internal yang sarat ketidakpercayaan.
Seorang Ketua PKDI mestinya menjadi simbol keteduhan dan pemersatu, bukan menebar pernyataan kontroversial yang dapat menghilangkan kewibawaan organisasi yang ia emban.